Jumaat, 19 November 2010

inspirasi dari angin

saat ini hujan di luar,
angin bertiup tapi tetap tak sampai;
Dinding jadi pemisah antara aku dan angin,
Seakan sesuatu yang menjadi penganggu.

Saat hati teruja untuk berkata kata,
Hakikatnya hati tetap bisu.
Kalau angin boleh mendengar,
Akan aku sampaikan pada angin itu;
Mendengarkan bicara bisu dalam hati.

Yang pasti,
Hakikat adalah realiti.
Aku kalah dalam fantasi,
Biarlah.
Biarkan aku,
Mencari inspirasi dalam imaginasi.

Ahad, 7 November 2010

ketika ini; bicara dari jemari

Saat aku menatap langit; aku tunggu angin berbisik.
Pada ketika itu;
Masa masih berdetik.
Langit terus ku tatap.
Ironinya;
langit hanya dalam minda.
Ilusi semata, kerana;
Pada ketika ini;
Benar, aku tidak nampak kan langit.

Aku masih diam dibawah binaan.
Masih kaku di ruangan konkrit.
hati ingin merasa angin di muka,
Diri ingin melihat langit dan malam.
Tapi ironi;
Pada masa ini; Aku masih kaku tidak berganjak,
Mulut diam tak bersuara; hanya jemari mengatur kata.

Aku masih menatap kepingan skrin leper di hadapan.
Jemari masih ligat mengatur satu persatu baris kata.
bermula dengan abjad, menjadi suku kata.
dari satu perkataan, disambung menjadi satu baris ayat.
Segalanya tetap satu bicara.
Bicara dari jemari; suara masih aku kunci.

Selagi aku masih punya nyawa; jemari tak akan berhenti.